Next.js vs Express.js : Pilih Mana?

Bagi para developer yang akrab dengan ekosistem JavaScript, terutama di ranah pengembangan web berbasis Node.js, pasti sudah tidak asing dengan Express.js dan Next.js. Keduanya sering dibahas dan dibandingkan ketika seseorang ingin membangun aplikasi web di atas platform Node. Namun, keduanya sebenarnya memiliki fokus dan cakupan penggunaan yang cukup berbeda. Jika kamu sedang bingung memilih mana yang sebaiknya dipelajari atau diterapkan dalam proyekmu, artikel panjang ini akan menjabarkan detail perbedaan antara Next.js dan Express.js, kelebihan, kekurangan, dan skenario penggunaan masing-masing.


Latar Belakang: Next.js vs Express.js

Sekilas tentang Next.js

Next.js adalah sebuah framework React yang dikembangkan oleh Vercel (dulunya Zeit). Tujuan utama Next.js adalah memudahkan proses pembuatan aplikasi React dengan dukungan Server-Side Rendering (SSR), Static Site Generation (SSG), dan Incremental Static Regeneration (ISR). Jadi, sebenarnya Next.js berada di “lapisan” front-end (dan kadang fullstack) untuk membuat pengembangan React lebih terstruktur dan memiliki performa yang lebih baik. Beberapa hal yang menjadi sorotan Next.js antara lain:

  1. Routing Otomatis: Hanya dengan menambahkan file di folder pages, kita sudah mendapatkan sistem routing tanpa perlu mengkonfigurasi manual.
  2. Server-Side Rendering (SSR) dan Static Generation: Next.js mempermudah proses menampilkan konten dari server, sehingga SEO menjadi lebih baik dan waktu muat halaman lebih cepat.
  3. API Routes: Mulai versi tertentu, Next.js memungkinkan pembuatan endpoint API sederhana di folder /pages/api, sehingga kita bisa membangun backend ringan langsung di dalam proyek Next.js.
  4. Image Optimization: Fitur bawaan untuk mengelola dan mengoptimasi gambar (melalui ) agar kecepatan loading halaman semakin optimal.
  5. Dev Experience Modern: Hot Reloading, dukungan TypeScript, dukungan CSS Modules, Styled JSX, atau integrasi dengan berbagai pustaka styling lainnya.

Karena Next.js adalah turunan atau “lapisan” di atas React, maka secara umum Next.js lebih dekat ke front-end meski memiliki beberapa kemampuan server-side. Banyak perusahaan, mulai dari startup hingga enterprise, yang memilih Next.js untuk membangun aplikasi web modern yang responsif, SEO-friendly, dan efisien.

Sekilas tentang Express.js

Express.js (atau sering disingkat Express) adalah framework minimalis untuk Node.js yang berfokus pada pembuatan server HTTP. Jika Node.js sendiri memberikan lingkungan runtime JavaScript di server, maka Express memudahkan kita menangani routing, middleware, request/response, dan sebagainya. Ia lebih cocok disebut sebagai “server framework” ketimbang sebuah framework front-end. Beberapa poin kunci Express.js:

  1. Ringan dan Fleksibel: Express tidak memaksakan struktur folder tertentu. Developer bebas memilih bagaimana mereka mengorganisir kode, plugin, middleware, hingga database.
  2. Komunitas Besar: Karena usianya yang cukup lama dan popularitasnya yang tinggi, ekosistem Express melimpah. Banyak tutorial, paket NPM, dan komunitas yang dapat dijadikan rujukan.
  3. Middleware: Express mendukung konsep middleware yang memungkinkan manipulasi request/response dalam perjalanan ke handler utama.
  4. Penggunaan Luas: Express jadi fondasi banyak framework lain, seperti Sails.js, Feathers.js, hingga kerangka fullstack macam MERN (MongoDB, Express, React, Node).

Karena Express tidak menyediakan fitur front-end out of the box, maka seringkali Express dipadukan dengan library front-end seperti React, Angular, atau Vue secara terpisah. Dalam konteks React, developer dapat membangun front-end di create-react-app atau Next.js, lalu memisahkan server API di Express. Atau, mereka bisa memadukan Express langsung di monorepo sebagai backend independen.


Perbandingan Konsep Dasar

Konsep Arsitektur

Rendering Konten

Routing


Kapan Memilih Next.js?

  1. Membangun Aplikasi React yang Butuh SEO
    Jika kamu membuat aplikasi React yang mengharapkan trafik organik dari Google atau mesin pencari lain, maka SSR dan SSG di Next.js sangat membantu. Konten web akan di-render di server sebelum dikirim ke browser, sehingga bot pencari bisa membaca konten dengan mudah.

  2. Kecepatan Pengembangan Front-end
    Next.js secara out of the box menyediakan banyak hal: routing otomatis, hot reloading, integrasi CSS, dukungan TypeScript, optimasi gambar, hingga built-in linting. Hal ini mempersingkat waktu konfigurasi dan membuat developer cepat produktif.

  3. Ingin Aplikasi Single Page yang Juga Bisa Punya Halaman Statis
    Dengan SSG (Static Site Generation), halaman yang kontennya jarang berubah bisa dijadikan halaman statis. Ini membantu kinerja (performance) karena file HTML sudah disiapkan di build time. Proses renderingnya tidak lagi dilakukan setiap kali ada permintaan dari user.

  4. Proyek Kecil hingga Menengah yang Cukup dengan API Routes
    Jika aplikasi hanya butuh beberapa endpoint sederhana—misalnya meng-handle form, autentikasi dasar, atau fetch data dari API eksternal—API Routes Next.js sudah memadai. Kamu tak perlu men-setup server terpisah dengan Express, kecuali kebutuhanmu menjadi makin besar dan kompleks.

  5. Ingin Developer Experience yang Nyaman
    Next.js terus menekankan developer experience, contohnya dengan integrasi ESLint, Prettier, dukungan SWC (compiler super cepat untuk JavaScript/TypeScript), dan build pipeline yang efisien. Pengembangan aplikasi jadi lebih menyenangkan.


Kapan Memilih Express.js?

  1. Membangun Backend yang Kompleks
    Jika aplikasi menuntut struktur backend yang besar—mengurus banyak tipe resource, memiliki integrasi dengan beberapa database, microservices, job queue, dsb.—Express atau framework Node.js sejenis adalah pilihan lebih tepat. Next.js bukanlah tools paling ideal untuk menulis logic back-end yang sangat kompleks.

  2. Ingin Kebebasan Arsitektur
    Express tidak mengharuskan struktur folder tertentu. Developer punya kebebasan membuat layer business logic, middleware, folder services, config database, dsb. Bahkan jika suatu hari butuh mengganti front-end, backend Express masih bisa dipakai tanpa banyak perubahan.

  3. Kebutuhan Non-Web
    Walaupun Express umumnya untuk web, ia bisa juga menangani protokol lain atau dipadukan dengan library pihak ketiga untuk misalnya menyiapkan REST API, GraphQL, Socket.io, dsb. Ia memberikan kebebasan yang lebih luas dalam bagaimana request di-handle, dibanding Next.js yang lebih “terarah” ke SSR/SSG React.

  4. Lebih Suka Template Engine Tradisional
    Banyak developer masih suka menggunakan EJS, Handlebars, Pug, dsb., untuk menampilkan HTML dari server. Dengan Express, proses integrasi semacam ini sangatlah mudah. Sementara Next.js hampir sepenuhnya React-based, jadi kalau kamu tidak mau “menyentuh” React, Next.js mungkin bukan jalur yang tepat.

  5. Bagian dari Arsitektur Microservices
    Dalam sistem berskala besar, seringkali front-end terpisah dari back-end. Express bisa dijadikan salah satu service—misal “user service” atau “payment service”—yang berdiri sendiri. Lalu front-end (React, Angular, Vue, Next.js, dsb.) akan mengkonsumsi data dari service ini melalui REST API atau GraphQL.


Tinjauan Performa

Next.js

Performanya sangat baik untuk aplikasi React, apalagi dengan mekanisme SSR dan SSG yang mempersingkat waktu Time to First Byte (TTFB) dan meningkatkan SEO. Namun, perlu diingat bahwa untuk logika backend yang kompleks, Next.js bukanlah pengganti penuh Express. Kamu tetap bisa men-deploy Next.js di hosting seperti Vercel atau Netlify, dan semua penanganan SSR sudah dioptimasi.

Jika berbicara tentang rancangan arsitektur, Next.js unggul di sisi rendering front-end. Akan tetapi, beban kerja back-end di Next.js masih terbatas. Jika kamu memaksa menaruh semua logic di file API Routes, mungkin akan lebih sulit untuk maintenance dibanding menggunakan Express terpisah.

Express.js

Express menjadi andalan banyak developer karena ringannya. Ia hanya kerangka dasar server HTTP, jadi performanya cukup cepat jika ditangani dengan baik. Namun, performa real-world aplikasi Express juga sangat tergantung pada keputusan arsitektur: pemakaian database, caching, load balancing, hingga penggunaan cluster.

Karena Express hanya fokus pada server, kita perlu menambahkan library lain untuk caching, security, rate limiting, dsb. Ini memberi fleksibilitas tapi juga tanggung jawab yang lebih besar. Meski begitu, di tangan developer berpengalaman, Express bisa dioptimalkan sesuai kebutuhan aplikasi.


Kemudahan Pengembangan

Next.js

Express.js


Ekosistem dan Komunitas

Next.js

Express.js


Keamanan

Baik Next.js maupun Express.js tidak secara langsung menjamin keamanan total. Pada dasarnya, keamanan web bergantung pada:

  1. Validasi Input: Mencegah serangan injeksi (SQL injection, NoSQL injection, dsb.).
  2. Proteksi XSS dan CSRF: Next.js punya beberapa mekanisme bawaan lewat React, tapi kita tetap perlu berhati-hati saat menampilkan data user. Express punya paket csurf atau helmet untuk membantu mitigasi ini.
  3. Pengelolaan Session: Di Next.js, jika kita membangun API Routes, kita perlu library tambahan seperti next-auth atau iron-session untuk mengelola session/cookie dengan aman. Di Express, kita punya express-session, passport.js, dsb.
  4. SSL/TLS: Biasanya dikelola di level server atau load balancer.

Kedua framework dapat dijalankan di infrastruktur yang aman, misalnya di belakang Nginx/Apache, di platform hosting yang sudah tersertifikasi. Intinya, developer perlu paham best practice keamanan, bukan semata-mata tergantung pada framework.


Contoh Skenario Penggunaan

Skenario 1: Aplikasi Landing Page + Blog

Skenario 2: REST API dengan Operasi CRUD Kompleks

Skenario 3: Sistem Microservices

Skenario 4: E-commerce Berbasis React dengan Ragam Produk

Skenario 5: Prototype Aplikasi Realtime (Chat, Game, dsb.)


Tabel Perbandingan

Aspek Next.js Express.js
Definisi Framework React untuk server-side rendering dan static site generation. Framework minimalis untuk Node.js yang fokus pada pembuatan server dan routing HTTP.
Fokus Utama Front-end React dengan dukungan SSR, SSG, CSR, dan API Routes sederhana. Backend/server-side: routing, middleware, integrasi database, REST API, dsb.
Arsitektur Menggabungkan front-end (React) dengan kemampuan server-side ringan (API). Murni di sisi server. Front-end perlu diatur terpisah atau pakai template engine (EJS/Pug/etc).
Routing Otomatis berbasis file di folder pages. Sangat fleksibel, ditentukan manual oleh developer (misalnya app.get('/users', ...)).
Use Case Utama Website dan aplikasi React dengan SEO-friendly dan performa tinggi. REST API, microservices, server side logic kompleks, web server kustom.
SEO Mudah dengan SSR/SSG. Bergantung pada implementasi. Biasanya tak langsung terhubung ke SEO karena tidak built-in SSR React.
Ekosistem Terkait erat dengan React. Dukungan deployment di Vercel, Netlify, dsb. Didukung komunitas Node.js yang luas, banyak library, plugin, dan tutorial.
Kelebihan - Routing otomatis- SSR, SSG, ISR out of the box- Developer Experience modern- Cocok untuk SEO dan performa - Ringan & fleksibel- Sangat populer, dokumentasi & modul melimpah- Cocok untuk REST API, microservices, dsb.
Kekurangan - Fokus pada React, tak cocok jika tak butuh React- API Routes terbatas untuk kebutuhan backend kompleks - Tidak punya SSR React built-in- Struktur bebas bisa jadi berantakan jika tidak disiplin- Harus integrasi dengan front-end lain untuk UI
Performance Tinggi untuk aplikasi React karena SSR/SSG. Untuk logic backend berat, kurang optimal. Cepat dan scalable, tapi sangat bergantung pada desain arsitektur dan pemilihan library pendukung.
Deployment Sangat mudah di platform seperti Vercel, Netlify. Bisa juga di server Node konvensional. Umumnya di-deploy di platform Node tradisional (Heroku, AWS, dsb.). Bebas menentukan infrastruktur.

Itulah ragam poin yang perlu dipahami ketika membandingkan Next.js dan Express.js. Apakah sebuah proyek lebih cocok dengan Next.js atau Express.js sebenarnya bergantung pada tipe aplikasi yang hendak dibangun, skala, kebutuhan SEO, dan preferensi tim pengembang. Next.js lebih menitikberatkan pada peningkatan pengalaman pengembangan React, sementara Express menawarkan fleksibilitas penuh di sisi backend. Keduanya sering saling melengkapi ketimbang bersaing secara langsung.

Setiap pendekatan memiliki tempatnya masing-masing di ekosistem JavaScript. Dalam banyak kasus, kombinasi “Next.js di front-end” dan “Express.js di backend” pun bukan hal aneh. Kamu bisa membangun server Express yang berdiri sendiri untuk menangani data dan integrasi, lalu Next.js hanya menjadi “pengeras suara” di layer presentasi. Dengan demikian, setiap bagian aplikasi dapat dioptimalkan sesuai dengan perannya.


Baca Juga :