Kontroversi Seputar SCOBY Kombucha: Memahami Fakta, Risiko, dan Manfaat di Balik Minuman Fermentasi yang Semakin Populer

26 Jan 2025 | dibaca 44 kali


Kontroversi Seputar SCOBY Kombucha: Memahami Fakta, Risiko, dan Manfaat di Balik Minuman Fermentasi yang Semakin Populer

Kombucha barangkali telah menjadi salah satu minuman fermentasi yang paling banyak dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir. Dari media sosial hingga rak-rak toko swalayan, kombucha hadir dengan berbagai merek dan varian rasa. Orang-orang yang mengonsumsinya sering mengklaim bahwa kombucha dapat membantu meningkatkan pencernaan, menjaga sistem kekebalan tubuh, bahkan memberikan efek “detoks” pada tubuh. Meski klaim-klaim ini terdengar menjanjikan, tidak sedikit yang mempertanyakan keamanannya. Terlebih, proses pembuatannya menggunakan SCOBY—singkatan dari Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast—yang kerap menimbulkan ragam kontroversi seputar kebersihan, kandungan alkohol, hingga status kehalalannya.

Artikel ini akan membahas panjang lebar mengenai kontroversi seputar SCOBY kombucha. Dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, kita akan mengupas apa sebenarnya kombucha itu, bagaimana proses fermentasinya, mengapa banyak orang tertarik (atau malah khawatir) dengan minuman ini, dan apa saja aspek penting yang perlu diketahui jika Anda tertarik untuk mengonsumsinya atau bahkan mencoba membuatnya sendiri di rumah.


Mengenal Kombucha dan SCOBY

1. Asal-Usul Kombucha

Kombucha dipercaya sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Beberapa sumber menyebutkan bahwa minuman ini berasal dari Tiongkok, sedangkan sumber lain menempatkannya di kawasan Rusia atau Asia Timur. Secara tradisional, kombucha dibuat dengan cara memfermentasi teh manis (biasanya teh hitam atau teh hijau) menggunakan kultur bakteri dan ragi. Proses fermentasi inilah yang menjadi kunci terbentuknya rasa asam-manis yang khas, serta munculnya gelembung-gelembung karbonasi alami.

2. Apa Itu SCOBY?

SCOBY merupakan singkatan dari Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast, yang menggambarkan koloni bakteri dan ragi yang hidup berdampingan secara harmonis. Bentuk SCOBY sering digambarkan seperti “jelly” atau “kue” tipis, dengan permukaan licin dan warna yang bervariasi—mulai dari putih keruh hingga kecokelatan. Kultur inilah yang secara aktif mengubah teh manis menjadi kombucha melalui proses fermentasi:

  • Ragi (yeast) akan mengonsumsi gula dan menghasilkan alkohol serta karbon dioksida.
  • Bakteri (bacteria) tertentu, terutama kelompok asam asetat (acetic acid bacteria), akan mengubah alkohol menjadi asam organik seperti asam asetat.

Kombinasi inilah yang memberikan sensasi asam, sedikit rasa manis tersisa, serta bau yang khas pada kombucha. Hasil akhirnya adalah minuman yang menyegarkan, sedikit berbuih, dan mengandung berbagai komponen kimiawi seperti asam asetat, asam glukuronat, vitamin B, hingga probiotik tertentu.


Kontroversi dan Kekhawatiran Utama seputar SCOBY Kombucha

Meski populer, kombucha tidak luput dari serangkaian kontroversi. Setiap elemen pembuatannya—terutama SCOBY—sering kali dipertanyakan karena berpotensi membawa risiko jika tidak ditangani dengan benar. Berikut adalah beberapa kontroversi dan perdebatan yang paling banyak diperbincangkan.


1. Kandungan Alkohol

a. Mengapa Alkohol Dapat Terbentuk?
Proses fermentasi kombucha melibatkan ragi yang mengubah gula menjadi etanol (alkohol) dan karbon dioksida. Meskipun umumnya kadar alkohol yang dihasilkan relatif rendah (di bawah 0,5% ABV), beberapa faktor dapat membuat kandungan alkohol ini meningkat. Misalnya, lamanya waktu fermentasi, suhu ruangan, dan proporsi gula yang digunakan.

b. Dampak bagi Konsumen Tertentu
Bagi sebagian orang, terutama mereka yang menghindari alkohol karena alasan agama, kesehatan, maupun gaya hidup, keberadaan alkohol—meski sedikit—dapat menjadi persoalan. Ada kekhawatiran bahwa jika fermentasi dibiarkan terlalu lama, kombucha buatan rumahan bisa mencapai kadar alkohol di atas ambang batas.

c. Solusi dan Penanganan

  • Perhatikan Durasi Fermentasi: Semakin lama fermentasi, potensi peningkatan alkohol lebih besar.
  • Gunakan Resep dan Metode Terkendali: Mengukur pH, mencicipi rasa, serta memantau perubahan aroma dapat membantu menentukan waktu henti fermentasi.
  • Pilih Produk Siap Minum Bersertifikasi: Beberapa produsen sudah melakukan uji laboratorium untuk memastikan kadar alkohol tetap rendah dan mencantumkan keterangan di kemasannya.

2. Risiko Kontaminasi dan Keamanan Pangan

a. Mikroorganisme yang Kompleks
SCOBY adalah ekosistem mikroorganisme yang cukup kompleks. Ia bukan hanya terdiri dari satu jenis bakteri atau ragi, melainkan gabungan berbagai spesies yang bekerja sama. Dalam kondisi optimal, komunitas ini bermanfaat. Akan tetapi, bila kebersihan kurang dijaga, mikroba berbahaya seperti jamur (mold) atau bakteri patogen bisa ikut berkembang biak.

b. Tanda-Tanda Kontaminasi
Munculnya bercak hijau, hitam, atau putih berbulu di permukaan SCOBY menandakan tumbuhnya jamur yang tidak diinginkan. Selain itu, bau yang terlalu busuk, seperti jamur basi atau bau yang menyengat tak sedap, juga bisa menjadi pertanda kontaminasi. Jika ini terjadi, sangat disarankan untuk tidak meneruskan fermentasi dan segera membuang SCOBY yang tercemar.

c. Cara Mencegah Kontaminasi

  1. Sterilkan Peralatan: Pastikan wadah, sendok, atau alat lain yang bersentuhan dengan SCOBY telah dicuci bersih dan disterilkan (bisa menggunakan air panas atau larutan pembersih khusus).
  2. Gunakan Tutup yang Sesuai: Kain bersih atau tutup berpori memungkinkan kombucha “bernapas” tanpa risiko kemasukan serangga, debu, atau spora jamur dari udara.
  3. Hindari Wadah Logam Non-Food-Grade: Logam seperti aluminium yang tidak dirancang untuk keperluan makanan bisa bereaksi dengan asam dari kombucha, menimbulkan bahaya kimiawi sekaligus menurunkan kualitas minuman.

3. Klaim Manfaat Kesehatan yang Belum Didukung Penelitian Kuat

a. Klaim yang Terlalu “Wow”
Salah satu kontroversi terbesar dalam dunia kombucha adalah klaim manfaat kesehatannya yang sering dibesar-besarkan. Beberapa orang menganggap kombucha sebagai “obat mujarab” yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari gangguan pencernaan, menurunkan berat badan, meningkatkan kekebalan tubuh, hingga menyembuhkan kanker. Namun, penelitian ilmiah yang mendukung klaim-klaim ini secara komprehensif masih terbatas.

b. Apa yang Sebenarnya Terjadi?

  • Probiotik: Kombucha mengandung bakteri asam laktat dan ragi yang bisa berperan sebagai probiotik, membantu keseimbangan mikroflora usus. Meski demikian, kandungan pastinya bisa bervariasi.
  • Antioksidan: Teh—terutama teh hijau—mengandung polifenol yang bersifat antioksidan. Pada kombucha, senyawa ini tetap ada dan terkadang meningkat karena proses fermentasi.
  • Asam Organik: Asam asetat, asam laktat, dan asam glukuronat yang dihasilkan selama fermentasi dipercaya bisa membantu pencernaan dan mendukung fungsi hati.

c. Mengapa Belum Ada Kepastian Ilmiah?
Variasi dalam pembuatan kombucha sangat berpengaruh terhadap komposisi akhir minuman. Mulai dari jenis teh, kadar gula, suhu fermentasi, hingga lama fermentasi—semuanya memengaruhi kualitas dan kandungan nutrisi. Hal ini menyulitkan peneliti untuk menetapkan standar baku atau melakukan uji klinis berskala besar.


4. Kandungan Gula dan Kalori

a. Peran Gula dalam Proses Fermentasi
Gula adalah “bahan bakar” utama untuk ragi. Ketika membuat kombucha, kita biasanya mencampurkan teh dengan gula pasir (atau pemanis lain seperti gula kelapa, madu, atau gula tebu organik). Ragi akan mengonsumsi sebagian gula ini untuk menghasilkan alkohol dan karbon dioksida. Seiring waktu, kandungan gula akan menurun, sementara rasa teh menjadi lebih asam.

b. Mengapa Tetap Ada Gula Sisa?
Meskipun banyak gula yang terfermentasi, masih ada sisa gula yang tidak habis dikonsumsi. Hal ini tergantung pada:

  1. Lamanya Fermentasi: Semakin lama, semakin banyak gula yang terurai.
  2. Suhu: Suhu ideal (biasanya sekitar 20-30°C) membantu ragi dan bakteri bekerja lebih efisien.
  3. Jenis Gula: Beberapa jenis gula mungkin lebih sulit dicerna oleh ragi tertentu, sehingga meninggalkan gula residu.

c. Kekhawatiran Bagi Pelaku Diet Rendah Gula
Kandungan gula sisa (residual sugar) dalam kombucha mungkin tidak terlalu tinggi, tetapi perlu diperhatikan bagi mereka yang menerapkan diet ketat atau memiliki kondisi seperti diabetes. Bagi pembuat rumahan, memeriksa sisa gula dengan alat pengukur (misalnya refraktometer) bisa menjadi solusi. Sedangkan, jika membeli produk kemasan, pilihlah yang mencantumkan kadar gula secara jelas pada label nutrisi.


5. Aspek Etika dan Higienitas: Penjualan SCOBY di Pasaran

a. Penjualan SCOBY secara Online
Semakin populernya kombucha membuat banyak orang menjual SCOBY secara daring. SCOBY bisa dikirim dalam kantung plastik berisi sedikit cairan kombucha sebagai media pertumbuhan. Namun, keasliannya sering dipertanyakan. Ada kemungkinan SCOBY sudah tercemar jamur atau kualitasnya menurun selama pengiriman, terutama jika pengirim tidak memperhatikan suhu dan kebersihan.

b. Praktik Pembuatan Mandiri yang Kurang Edukatif
Beberapa orang beranggapan bahwa membuat kombucha itu sangat mudah—cukup mencampurkan teh manis dan SCOBY. Padahal, pengetahuan tentang pH, food safety, dan kebersihan sangat penting. Salah langkah sedikit, SCOBY bisa terpapar bakteri jahat atau jamur, sehingga hasil minuman tidak aman dikonsumsi.

c. Tips Memilih dan Menangani SCOBY

  1. Belilah dari Sumber Tepercaya: Usahakan membeli dari penjual yang memiliki reputasi baik dan memberikan petunjuk perawatan yang jelas.
  2. Cek Kondisi SCOBY Saat Tiba: Pastikan tidak ada bercak berwarna aneh atau bau busuk berlebihan.
  3. Sterilkan Wadah Penampungan: Simpan SCOBY dalam wadah yang bersih dengan cairan starter (kombucha matang) secukupnya.

6. Perdebatan Halal atau Tidak

a. Kadar Alkohol di Bawah 0,5%
Bagi masyarakat Muslim, pertanyaan seputar kehalalan kombucha kerap muncul karena minuman ini, bagaimanapun, mengandung sedikit alkohol. Meski kadarnya biasanya sangat rendah (kurang dari 0,5%), sensitivitas tiap individu atau mazhab bisa berbeda. Mayoritas ulama cenderung membolehkan jika kadarnya sangat kecil dan tidak memabukkan.

b. Solusi bagi Mereka yang Ragu

  • Fermentasi Singkat: Menghentikan proses fermentasi di hari ke-7 atau ke-10 bisa membantu menjaga kadar alkohol tetap rendah.
  • Produk Bersertifikasi Halal: Di beberapa negara, sudah ada produsen yang memperoleh sertifikasi halal, sehingga konsumen Muslim bisa merasa lebih tenang.
  • Konsultasi dengan Ahli Agama: Jika masih ragu, disarankan untuk bertanya kepada ulama atau lembaga keagamaan yang berwenang.

7. Kurangnya Regulasi dan Standar Resmi

a. Minimnya Regulasi Pemerintah
Banyak negara belum memiliki regulasi spesifik terkait minuman fermentasi jenis kombucha. Tidak ada standar baku mengenai batasan kandungan alkohol, kadar gula, hingga keharusan uji mikrobiologi yang ketat. Akibatnya, kualitas dan keamanan produk bisa sangat beragam.

b. Upaya Asosiasi Industri
Beberapa produsen kombucha di luar negeri membentuk asosiasi yang berusaha menetapkan pedoman pembuatan, pelabelan, dan penjualan kombucha. Hal ini bertujuan untuk:

  1. Melindungi konsumen dari produk yang mungkin tidak aman.
  2. Mengedukasi masyarakat mengenai cara menikmati kombucha secara bijak.
  3. Menjaga nama baik industri kombucha itu sendiri.

c. Peran Konsumen
Dalam kondisi minim regulasi, konsumen memegang peran penting untuk kritis dan berhati-hati. Teliti membaca label, bertanya kepada penjual, serta mencari ulasan dari konsumen lain menjadi langkah yang bijak sebelum mencoba merek kombucha tertentu.


Bagaimana Cara Meminimalisasi Risiko?

Meskipun ada berbagai kontroversi, kombucha bisa dinikmati secara aman jika Anda menerapkan beberapa langkah pencegahan. Berikut beberapa tips praktis:

  1. Mulailah dengan Peralatan yang Bersih
    • Cuci tangan sebelum memegang SCOBY atau teh fermentasi.
    • Gunakan sabun dan air panas untuk membersihkan toples, tutup kain, dan peralatan lainnya.
  2. Kontrol Suhu dan Waktu Fermentasi
    • Suhu ideal untuk fermentasi kombucha berkisar antara 20-30°C.
    • Jangan fermentasi terlalu lama jika Anda khawatir soal peningkatan alkohol.
    • Periksa rasa dan bau secara berkala. Kombucha yang sudah terlalu asam atau memiliki aroma “cuka” menyengat bisa jadi kurang menyenangkan untuk diminum.
  3. Perhatikan Tanda-Tanda Pencemaran
    • Jika muncul jamur berbulu di permukaan SCOBY, sebaiknya buang semuanya: baik SCOBY maupun teh fermentasinya.
    • Air kombucha yang berubah warna menjadi terlalu gelap, berlendir, atau berbau sangat menyengat bisa menjadi pertanda kontaminasi.
  4. Konsumsi Secara Bertahap
    • Jika Anda baru mengenal kombucha, mulailah dengan porsi kecil (misalnya 100 ml per hari) untuk melihat reaksi tubuh.
    • Meski ada klaim probiotik, beberapa orang bisa mengalami gangguan pencernaan karena sensitivitas terhadap asam atau bakteri tertentu.
  5. Konsultasi dengan Tenaga Medis
    • Jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu (seperti gangguan lambung, diabetes, gangguan kekebalan tubuh, atau sedang hamil), ada baiknya bertanya terlebih dahulu pada dokter atau ahli gizi sebelum rutin mengonsumsi kombucha.

Potensi Manfaat Kombucha yang Perlu Diketahui

Walaupun ada kontroversi, tidak dapat dipungkiri bahwa kombucha menawarkan beberapa potensi manfaat kesehatan. Minuman ini sering disebut-sebut kaya akan zat aktif yang bermanfaat bagi tubuh:

  1. Probiotik dan Kesehatan Usus
    • Kombucha mengandung bakteri baik dan ragi yang bisa membantu menyeimbangkan mikroflora usus.
    • Kesehatan usus yang baik berkaitan erat dengan sistem kekebalan tubuh, penyerapan nutrisi, dan mood.
  2. Kandungan Antioksidan
    • Teh, terutama teh hijau, mengandung polifenol dan katekin yang bersifat antioksidan.
    • Antioksidan membantu tubuh melawan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.
  3. Asam Organik
    • Proses fermentasi menghasilkan asam asetat, asam glukuronat, dan asam laktat.
    • Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa asam-asam ini dapat berperan dalam mendukung fungsi hati dan pencernaan.
  4. Alternatif Minuman Bersoda yang Lebih Sehat
    • Kombucha memiliki sensasi karbonasi alami yang membuatnya mirip dengan soda, tapi umumnya mengandung gula lebih sedikit daripada soda komersial.
    • Jika diproduksi dengan tepat, kombucha bisa menjadi pilihan lebih sehat bagi Anda yang ingin mengurangi konsumsi minuman bersoda tinggi gula.

Pengalaman Pribadi dan Cerita Konsumen

Selain bukti ilmiah, banyak orang yang merasakan perubahan positif setelah meminum kombucha. Mereka melaporkan:

  • Perbaikan pencernaan, seperti berkurangnya sembelit atau perut kembung.
  • Peningkatan energi, kemungkinan karena efek kombucha yang menyegarkan dan sedikit kafein dari teh.
  • Kulit lebih sehat, walaupun klaim ini sangat subjektif dan belum banyak penelitian formal.

Namun, perlu diingat bahwa pengalaman pribadi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lain seperti pola makan keseluruhan, gaya hidup, dan kondisi kesehatan awal.


Kesimpulan: Bijak Menikmati Kombucha

Kombucha, dengan SCOBY sebagai “jantung” fermentasinya, memang memikat banyak penggemar karena rasa unik dan potensi manfaat kesehatannya. Di sisi lain, berbagai kontroversi menyertai popularitas ini—mulai dari isu kandungan alkohol, risiko kontaminasi, ketidakpastian klaim medis, hingga pertanyaan halal atau tidaknya minuman ini.

Jika Anda tertarik untuk mencoba atau membuat kombucha sendiri, beberapa hal penting yang perlu diingat meliputi:

  1. Kebersihan: Pastikan semua peralatan steril, tangan bersih, dan lingkungan bebas kontaminasi.
  2. Pengawasan Proses Fermentasi: Perhatikan lama fermentasi, suhu, dan tanda-tanda kontaminasi.
  3. Pemahaman Kandungan Gizi: Ketahui bahwa kombucha masih mengandung gula, serta kemungkinan ada sedikit alkohol.
  4. Ekspektasi yang Realistis: Manfaat kesehatan kombucha belum sepenuhnya didukung penelitian ilmiah yang kuat. Tidak ada salahnya berharap, tetapi jangan abaikan gaya hidup sehat secara keseluruhan.
  5. Konsultasi Medis: Jika Anda memiliki kondisi khusus atau sedang dalam pengobatan, tanyakan pada profesional kesehatan terlebih dahulu.

Terakhir, ingatlah bahwa kombucha bukanlah “obat segala penyakit”. Ia bisa menjadi pelengkap gaya hidup sehat, bukan pengganti diet seimbang dan perawatan medis konvensional. Dengan pemahaman yang tepat dan langkah-langkah kehati-hatian yang dijalankan, Anda dapat menikmati kombucha tanpa mengabaikan faktor keamanan dan kesehatan.


Kata Penutup

Popularitas kombucha kemungkinan besar akan terus meningkat, seiring dengan tren masyarakat yang semakin peduli pada kesehatan dan mencari alternatif minuman yang dianggap lebih baik daripada soda. Kontroversi seputar SCOBY kombucha pun akan terus menjadi topik diskusi hangat di kalangan pemerhati kesehatan, produsen, dan konsumen umum.

Bagi mereka yang ingin menjadikan kombucha sebagai bagian dari gaya hidup, kuncinya ada pada pendekatan yang seimbang dan tanggung jawab pribadi dalam memastikan keamanan dan kebaikan produk yang dikonsumsi. Dengan begitu, kita bisa memetik manfaat dari tradisi fermentasi yang sudah berumur ribuan tahun ini, tanpa mengesampingkan standar kesehatan modern dan bukti ilmiah yang terus berkembang.

Semoga artikel ini membantu Anda memahami lebih jauh mengenai kontroversi seputar SCOBY kombucha dan memberikan wawasan yang cukup untuk menentukan apakah kombucha layak menjadi bagian dari keseharian Anda. Jika Anda memutuskan untuk mencobanya, jangan lupa untuk memantau reaksi tubuh, tetap menjaga pola hidup sehat, dan senantiasa mencari informasi terbaru agar bisa mengambil keputusan terbaik bagi kesehatan Anda sendiri. Selamat menikmati (atau bereksperimen dengan) kombucha!


Baca Juga :

Artikel Kesehatan

Cara Terapi Komunikasi bagi Penderita Autisme
Cara Terapi Komunikasi bagi Penderita Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan yang meme

dilihat 20 kali

Gangguan Spektrum Autisme (ASD) dari Perspektif Ilmiah
Gangguan Spektrum Autisme (ASD) dari Perspektif Ilmiah

Autisme atau lebih tepatnya Gangguan Spektrum

dilihat 11 kali

Perbedaan Gejala Autis dan Asperger
Perbedaan Gejala Autis dan Asperger

Autisme dan Asperger merupakan dua kondisi yan

dilihat 103 kali

Berapa Dosis Aman Mengonsumsi Bawang Putih
Berapa Dosis Aman Mengonsumsi Bawang Putih

Ada manfaat kesehatan dari mengkonsumsi 1-2 siung

dilihat 193 kali

Cara Terapi Sensorik bagi Penderita Autisme
Cara Terapi Sensorik bagi Penderita Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan yang memp

dilihat 31 kali