Perbedaan Metode Penelitian Etnografi dan Grounded Theory

27 Jan 2025 | dibaca 24 kali


Perbedaan Metode Penelitian Etnografi dan Grounded Theory

Dalam dunia penelitian kualitatif, dua metode yang kerap menarik perhatian peneliti adalah etnografi dan grounded theory. Keduanya sama-sama menitikberatkan pada penggalian data secara mendalam dan kontekstual. Akan tetapi, masing-masing memiliki fokus, tujuan, serta teknik analisis yang berbeda. Etnografi, dengan akar antropologi, menitikberatkan pada pemahaman budaya dan pola interaksi dalam komunitas tertentu, sementara grounded theory, yang berasal dari sosiologi, difokuskan untuk membangun teori berbasis data lapangan secara induktif.

Artikel ini akan menjelaskan perbedaan antara metode penelitian etnografi dan grounded theory, mulai dari definisi, latar belakang sejarah, karakteristik utama, hingga proses pengumpulan dan analisis data. Pada akhirnya, Anda akan mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang kekuatan dan kelemahan kedua metode ini, sehingga dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan tujuan penelitian Anda.


1. Definisi dan Latar Belakang

1.1 Definisi Etnografi

Etnografi berasal dari dua kata Yunani, yaitu ethnos (bangsa, kelompok) dan graphein (menulis). Metode ini umumnya dipakai untuk menuliskan atau menggambarkan kebudayaan suatu komunitas atau kelompok sosial tertentu. Pada awalnya, etnografi lahir dalam disiplin antropologi, di mana peneliti (antropolog) berusaha memahami pola-pola budaya dan perilaku kelompok masyarakat melalui observasi partisipatif yang mendalam.

Beberapa pionir dalam pengembangan etnografi antara lain BronisÅ‚aw Malinowski, Margaret Mead, serta Claude Lévi-Strauss. Mereka mempopulerkan praktik tinggal bersama masyarakat adat atau kelompok tertentu dalam jangka waktu lama untuk menangkap secara holistik aspek-aspek kehidupan seperti sistem sosial, norma, nilai, dan kebiasaan sehari-hari.

1.2 Definisi Grounded Theory

Grounded theory adalah metode penelitian kualitatif yang dikembangkan oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss pada pertengahan 1960-an. Metode ini didefinisikan sebagai upaya untuk menghasilkan teori (theory) yang “tertanam” (grounded) dalam data empiris, bukan teori yang dibangun di muka lalu diuji. Dengan kata lain, kerangka konseptual dan teori dirumuskan secara induktif dari data-data yang diperoleh di lapangan.

Peneliti grounded theory tidak memulai penelitian dengan hipotesis yang kaku. Sebaliknya, mereka membiarkan konsep-konsep mengemuka secara bertahap dari hasil koding data, kategorisasi, dan analisis komparatif yang terus-menerus (constant comparative method).


2. Tujuan Penelitian

2.1 Tujuan Etnografi

  1. Memahami Budaya Secara Holistik
    Etnografi berusaha menggambarkan cara hidup, struktur sosial, serta simbol-simbol budaya suatu komunitas.
  2. Menangkap Perspektif Orang Dalam (Emic)
    Peneliti mencoba melihat dunia dari sudut pandang anggota komunitas itu sendiri, meminimalkan bias orang luar (etic).
  3. Mendokumentasikan Praktik Sosial
    Etnografi sering memfokuskan pada aktivitas keseharian, ritual, interaksi sosial, dan nilai yang dipegang kelompok.

2.2 Tujuan Grounded Theory

  1. Menghasilkan Teori Berbasis Data
    Inti dari grounded theory adalah menyusun teori, model, atau kerangka konseptual yang lahir dari data empiris yang terkumpul di lapangan.
  2. Menjelaskan Proses Sosial
    Grounded theory menekankan pada proses atau tahapan yang ditempuh individu atau kelompok dalam menghadapi situasi tertentu.
  3. Mengakomodasi Kompleksitas Data
    Dalam grounded theory, peneliti merancang teori yang relevan dan cocok (fit) dengan data, bukan memaksakan data menyesuaikan teori yang sudah ada.

3. Karakteristik Utama

3.1 Karakteristik Etnografi

  1. Observasi Partisipatif
    Peneliti tinggal dalam komunitas, terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari. Proses ini memerlukan waktu yang cukup panjang, mulai dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun.
  2. Pendekatan Holistik
    Etnografi menyoroti beragam aspek kehidupan komunitas, seperti ekonomi, politik, agama, seni, dan hubungan sosial.
  3. Deskripsi Mendalam dan Kontekstual
    Laporan etnografi sering ditulis dengan kaya deskripsi, menghadirkan kutipan wawancara dan catatan lapangan yang detail untuk menggambarkan konteks budaya.

3.2 Karakteristik Grounded Theory

  1. Analisis Induktif
    Teori dikembangkan dari data yang dikumpulkan, bukan dari premis teoretis di awal.
  2. Pengumpulan dan Analisis Data Secara Bersamaan
    Peneliti melakukan coding dan constant comparative method secara terus-menerus. Proses analisis berlangsung paralel dengan pengumpulan data lapangan, sehingga peneliti dapat memperbarui fokus penelitian sesuai temuan awal.
  3. Teori yang Emergent (Muncul dari Data)
    Teori atau model konseptual akan “muncul” (emerge) secara bertahap, melalui tahapan koding terbuka (open coding), koding aksial (axial coding), dan koding selektif (selective coding).

4. Teknik Pengumpulan Data

4.1 Etnografi

  1. Observasi Partisipatif (Participant Observation)
    Menjadi tulang punggung etnografi. Peneliti ikut terlibat dalam aktivitas kelompok untuk memahami budaya “dari dalam.”
  2. Wawancara
    Meski observasi lebih dominan, wawancara tetap digunakan untuk melengkapi pemahaman terkait norma, nilai, dan interpretasi lokal.
  3. Dokumentasi, Artefak, dan Arsip
    Etnografer juga mengumpulkan dokumen (misalnya catatan resmi, media lokal, artefak budaya) untuk memperkuat deskripsi lapangan.

4.2 Grounded Theory

  1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)
    Menjadi teknik utama karena peneliti perlu memahami bagaimana individu memaknai peristiwa tertentu. Pertanyaan dibangun secara fleksibel, mengikuti alur data yang muncul.
  2. Observasi
    Tidak selalu wajib, tetapi dapat digunakan untuk menambah konteks dan memperkuat data yang diperoleh lewat wawancara.
  3. Dokumentasi Tambahan
    Bisa mencakup catatan lapangan, memo penelitian (research memo), dan sumber sekunder. Memo penelitian sangat penting dalam grounded theory untuk merekam pemikiran dan konsep yang berkembang.

5. Analisis Data

5.1 Analisis Data Etnografi

  1. Mencatat dan Mengurai Temuan
    Peneliti menuliskan catatan lapangan (field notes) selama atau setelah observasi. Catatan ini kemudian diorganisir dalam bentuk tema atau kategori awal.
  2. Memaknai Interaksi dan Simbol
    Etnografer mencari pola perilaku, relasi sosial, serta simbol budaya yang digunakan komunitas.
  3. Penulisan Deskripsi Budaya
    Data diolah menjadi narasi kualitatif yang mendalam, menggambarkan realitas sosial dari perspektif orang dalam maupun analisis peneliti.

5.2 Analisis Data Grounded Theory

  1. Open Coding (Koding Terbuka)
    Peneliti mengidentifikasi konsep atau kategori awal dari data mentah (transkrip wawancara, catatan lapangan).
  2. Axial Coding (Koding Aksial)
    Kategori-kategori yang muncul dihubungkan satu sama lain untuk menemukan hubungan kausal, kondisi, konteks, strategi, dan konsekuensi.
  3. Selective Coding (Koding Selektif)
    Memfokuskan pada kategori inti (core category) yang menjadi “poros” teori. Kategori lain disusun untuk mendukung dan menjelaskan core category tersebut.
  4. Constant Comparative Method
    Peneliti terus membandingkan data baru dengan kategori yang sudah ada. Proses ini berlanjut hingga data dianggap mencapai saturasi, di mana tidak ada informasi baru yang muncul.

6. Keluaran Penelitian (Output)

6.1 Output Etnografi

  • Laporan komprehensif berisi deskripsi mendetail tentang kebudayaan, norma, nilai, dan relasi sosial dalam suatu komunitas.
  • Biasanya memaparkan hasil dalam bentuk kisah (narrative account), dilengkapi kutipan langsung dari partisipan, dan analisis peneliti terhadap fenomena budaya.

6.2 Output Grounded Theory

  • Teori, model, atau kerangka konseptual baru yang didasarkan pada data empiris.
  • Peneliti sering menyusun diagram alur (flowchart) atau diagram konseptual yang menunjukkan hubungan antar kategori dan konsep yang muncul dari data.

7. Persamaan Etnografi dan Grounded Theory

  1. Sama-Sama Kualitatif
    Keduanya menggunakan pendekatan kualitatif yang menitikberatkan pada pendalaman makna dan konteks.
  2. Data Primer dari Lapangan
    Baik etnografi maupun grounded theory mengandalkan data “langsung” dari subjek atau partisipan, bukan sekadar data sekunder.
  3. Fleksibilitas
    Keduanya membiarkan proses penelitian berkembang sesuai temuan di lapangan. Rancangan penelitian dapat diubah ketika menghadapi data baru.
  4. Peneliti sebagai Instrumen Utama
    Validitas penelitian banyak ditentukan oleh kepekaan, keterampilan, dan objektivitas peneliti dalam mengumpulkan serta menganalisis data.

8. Perbedaan Utama Etnografi dan Grounded Theory

Aspek

Etnografi

Grounded Theory

Akar Ilmu

Berasal dari antropologi

Berasal dari sosiologi

Tujuan

Memahami budaya dan pola interaksi sosial secara mendalam

Mengembangkan teori/kerangka konseptual berbasis data

Unit Analisis

Komunitas atau kelompok budaya tertentu

Pengalaman individu/kelompok dalam konteks sosial tertentu

Waktu Penelitian

Umumnya lebih lama (bisa berbulan-bulan hingga bertahun-tahun)

Lebih variatif, menyesuaikan kebutuhan saturasi data

Teknik Utama

Observasi partisipatif

Wawancara mendalam + analisis koding induktif

Hasil Akhir

Deskripsi naratif dan interpretasi budaya

Teori, model, atau konsep yang emergent dari data

Analisis Data

Mengidentifikasi pola budaya, simbol, relasi sosial

Menggunakan open coding, axial coding, selective coding


9. Kelebihan dan Kelemahan

9.1 Kelebihan Etnografi

  1. Gambaran Holistik: Menangkap kompleksitas kehidupan sosial-budaya secara mendalam.
  2. Pendekatan Emic: Memberikan suara pada subjek penelitian, menampilkan sudut pandang orang dalam.
  3. Deskripsi Kontekstual yang Kaya: Laporan etnografi kerap menjadi referensi penting bagi kebijakan yang menghargai kearifan lokal.

Kelemahan Etnografi:

  1. Membutuhkan Waktu Lama: Proses observasi partisipatif tidak bisa dilakukan singkat.
  2. Biaya Penelitian: Tinggal di lokasi riset selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun memerlukan dana yang cukup besar.
  3. Sulit Digeneralisasi: Hasil etnografi biasanya sangat spesifik pada konteks tertentu.

9.2 Kelebihan Grounded Theory

  1. Teori Kontekstual: Teori yang dihasilkan benar-benar “muncul” dari data, sehingga relevan dengan situasi lapangan.
  2. Struktur Analisis yang Sistematis: Metode koding (open, axial, selective) dan constant comparative membuat proses analisis relatif rapi.
  3. Fleksibel: Peneliti dapat menyesuaikan fokus penelitian ketika menemukan konsep baru di lapangan.

Kelemahan Grounded Theory:

  1. Rentan Terhadap Bias Teoretis: Meskipun dikatakan induktif, peneliti tetap memiliki asumsi awal yang bisa memengaruhi cara membaca data.
  2. Memakan Waktu Analisis: Proses koding dan komparasi terus-menerus bisa memakan waktu lama.
  3. Variasi Pendekatan: Ada beragam “aliran” grounded theory (Glaserian vs. Straussian vs. Charmazian) yang kadang membingungkan peneliti pemula.

10. Kapan Menggunakan Etnografi dan Kapan Grounded Theory?

  1. Gunakan Etnografi Jika
    • Anda ingin memahami suatu budaya atau kelompok sosial dengan segala kompleksitasnya.
    • Penelitian menuntut keterlibatan langsung dalam aktivitas sehari-hari komunitas.
    • Topik riset menyoroti praktik sosial, ritual, atau nilai-nilai yang khas dalam suatu kelompok tertentu.
  2. Gunakan Grounded Theory Jika
    • Anda hendak membangun teori atau konsep baru yang berkaitan dengan proses sosial atau perilaku manusia.
    • Anda terbuka pada penemuan konsep yang belum terduga, yang muncul dari data lapangan.
    • Anda memerlukan kerangka analisis yang sistematis (koding berlapis) untuk menata data.

11. Contoh Penerapan di Berbagai Bidang

  1. Kesehatan
    • Etnografi: Mempelajari praktik pengobatan tradisional di suatu desa dan bagaimana masyarakat setempat memahami kesehatan dan penyakit.
    • Grounded Theory: Meneliti proses adaptasi pasien setelah didiagnosis penyakit kronis, lalu membangun kerangka teori mengenai tahapan coping.
  2. Pendidikan
    • Etnografi: Observasi partisipatif di lingkungan sekolah multikultural untuk memahami interaksi siswa dan guru dalam konteks perbedaan budaya.
    • Grounded Theory: Mengembangkan teori tentang motivasi belajar siswa berbasis wawancara mendalam dengan berbagai pemangku kepentingan.
  3. Bisnis dan Pemasaran
    • Etnografi: Mempelajari perilaku konsumen di toko ritel atau supermarket (consumer ethnography), menyoroti keputusan membeli, interaksi sosial, dan penggunaan produk.
    • Grounded Theory: Membuat teori tentang keputusan pelanggan dalam memilih platform e-commerce, berlandaskan wawancara dengan pelanggan.
  4. Kajian Sosial dan Politik
    • Etnografi: Tinggal di suatu wilayah konflik untuk memahami dinamika sosial, politik, dan budaya yang memengaruhi perilaku penduduk lokal.
    • Grounded Theory: Menyusun teori tentang proses rekonsiliasi pascakonflik berdasarkan data wawancara dengan korban, pelaku, dan mediator.

Etnografi dan grounded theory adalah dua metode penelitian kualitatif yang memiliki fokus dan pendekatan berbeda. Etnografi menitikberatkan pada pemahaman budaya dan praktik sosial dalam suatu komunitas, sementara grounded theory mengarah pada pembangunan teori atau model konseptual yang muncul dari data empiris di lapangan.

Masing-masing metode memiliki kelebihan:

  • Etnografi unggul dalam memberikan deskripsi kaya dan perspektif holistik tentang kehidupan komunitas,
  • Grounded theory menonjol dalam proses induktif yang terstruktur untuk menemukan teori baru dari data.

Namun, keduanya juga memerlukan waktu, sumber daya, serta keterampilan analisis yang memadai. Pilihan untuk menggunakan etnografi atau grounded theory sangat tergantung pada tujuan penelitian, pertanyaan riset, dan jenis data yang ingin dieksplorasi. Dengan memahami perbedaan dan kesesuaian masing-masing metode, peneliti dapat merancang penelitian yang lebih tepat sasaran, menjawab pertanyaan riset secara mendalam, serta memberikan kontribusi bermakna bagi keilmuan dan praktik di lapangan.


Baca Juga :

Artikel Penelitian

30 Contoh Judul Penelitian Menggunakan Metode Grounded Theory
30 Contoh Judul Penelitian Menggunakan Metode Grounded Theory

Berikut adalah contoh artikel yang memuat 30 j

dilihat 11 kali

Pengertian dan Kegunaan Metode Penelitian Etnografi
Pengertian dan Kegunaan Metode Penelitian Etnografi

Secara harfiah Etnografi berasal dari bahasa Yunan

dilihat 1199 kali

Perbedaan Metode Penelitian Etnografi dan Fenomenologi
Perbedaan Metode Penelitian Etnografi dan Fenomenologi

Dalam ranah penelitian kualitatif, dua metode

dilihat 20 kali

30 Contoh Judul Penelitian Menggunakan Metode Fenomenologi
30 Contoh Judul Penelitian Menggunakan Metode Fenomenologi

Berikut adalah contoh artikel yang memuat 30 j

dilihat 11 kali

Pengertian dan Kegunaan Metode Penelitian Fenomenologi
Pengertian dan Kegunaan Metode Penelitian Fenomenologi

Metode penelitian fenomenologi adalah salah sa

dilihat 27 kali