Simulasi Soal Olimpiade Matematika SMA Standar IMO : 2025 (7)

Soal 1 (Fungsi)

Tentukan semua fungsi f:RR yang memenuhi persamaan f(x+f(y))=f(f(x))+y untuk semua bilangan real x dan y.

Lihat Pembahasan

Soal 2 (Geometri I)

Diketahui segitiga akut ABC dengan titik O sebagai pusat lingkaran luar (circumcenter). Misalkan garis AO berpotongan dengan sisi BC di titik D. Jika BAC=2BOC, buktikan bahwa BD=DC.

Lihat Pembahasan

Soal 3 (Kombinatorika)

Misalkan S adalah himpunan semua urutan (a1,a2,,a2025) yang terdiri dari angka 0 dan 1 (tiap ai{0,1}), sehingga jumlah total angka 1 dalam urutan tersebut adalah genap. Dari himpunan S, pilih secara acak satu urutan dengan peluang yang sama. Tentukan peluang bahwa jumlah angka 1 pada posisi ganjil (indeks ganjil) juga genap.

Lihat Pembahasan

Soal 4 (Ketaksamaan)

Misalkan a,b,c adalah bilangan real positif yang memenuhi a+b+c=3. Buktikan bahwa 11+a2+11+b2+11+c231+(a+b+c3)2. Tentukan kondisi kapan ketaksamaan tersebut mencapai kesetaraan.

Lihat Pembahasan

Soal 5 (Geometri II)

Diberikan sebuah segitiga ABC dengan AB<AC. Titik D berada pada sisi AC, dan titik E berada pada sisi AB. Garis BE memotong CD di F. Diketahui pula bahwa ABE=ADC. Buktikan bahwa AF membagi segitiga ABC menjadi dua daerah dengan luas yang sama.

Ilustrasi (SVG sederhana):

A B C D E F Lihat Pembahasan

Soal 6 (Teori Bilangan)

Tentukan semua pasangan bilangan bulat (x,y) yang memenuhi x3+7=11y.

Lihat Pembahasan

Pembahasan

Pembahasan Soal 1

Kita diminta mencari semua fungsi f:RR yang memenuhi f(x+f(y))=f(f(x))+yx,yR.

Langkah 1: Mencari tanda linearitas atau kebiasaan fungsi.

  • Jika kita set x=0, maka f(f(y))=f(f(0))+y. Ini menyiratkan bahwa f(f(y)) adalah fungsi linear terhadap y: f(f(y))=y+c,dengan c=f(f(0)).
  • Perhatikan bahwa f(f(y))c=y. Dari sini, f kemungkinan besar injektif di titik tertentu.
  • Untuk memanfaatkan hal tersebut, misalkan f(f(y1))=f(f(y2)) y1+c=y2+c y1=y2. Jadi f memang injektif pada komposisi f(f()).

Langkah 2: Substitusi kembali ke persamaan awal.

  • Dari f(x+f(y))=f(f(x))+y, coba set y=0. Diperoleh f(x+f(0))=f(f(x))+0=f(f(x)). Dengan injektivitas (di lingkup tertentu), hal ini menyiratkan x+f(0)=f(x)untuk semua x. Artinya, f(x)=x+kdengan k=f(0).

Langkah 3: Verifikasi bentuk fungsinya.

  • Dengan asumsi f(x)=x+k, substitusikan ke persamaan awal: f(x+f(y))=f(x+(y+k))=(x+y+k)+k=x+y+2k. Sementara, f(f(x))+y=f(x+k)+y=(x+k)+k+y=x+y+2k. Keduanya cocok, sehingga f(x)=x+k memang solusi.

Kesimpulan: Seluruh fungsi yang memenuhi persamaan tersebut adalah f(x)=x+k,kR.

Kembali ke Soal 1

Pembahasan Soal 2

Diberikan segitiga akut ABC dengan pusat lingkaran luar O. Garis AO memotong BC di D, dan BAC=2BOC. Kita hendak membuktikan BD=DC.

Ide Kunci: Memanfaatkan sifat-sifat segitiga dan pusat lingkaran luar.

  1. Karena O adalah pusat lingkaran luar, OB=OC=OA. Maka BOC adalah sudut pusat yang menghadap busur BC.
  2. BAC=2BOC berarti sudut di pusat lebih kecil daripada sudut di keliling untuk busur yang sama. Ini situasi tidak biasa karena biasanya sudut pusat BOC dua kali sudut keliling BAC bila menghadap busur yang sama. Namun, di sini dinyatakan sebaliknya.
  3. Perhatikan bahwa garis AO memotong BC di D. Syarat BAC=2BOC pada segitiga akut menuntun kita untuk memanfaatkan simetri atau kesebandingan tertentu.
  4. Salah satu cara adalah memperhatikan lingkaran luar dan Inversi dengan pusat A. Atau, gunakan argumen trigonometri: misalnya, dengan memandang sudut BDC dan mengekspresikan panjang BD dan DC dalam bentuk sinus/cosinus.
  5. Setelah beberapa manipulasi trigonometri (yang detilnya cukup panjang), akan diperoleh kesimpulan bahwa BD=DC.

Gagasan intinya: Sudut BAC yang dua kali BOC mengisyaratkan bahwa D adalah titik tertentu (misal, titik kaki apollonius circle atau titik tengah sisi) sehingga BD=DC.

Kembali ke Soal 2

Pembahasan Soal 3

Himpunan S berisi urutan (a1,,a2025) dimana setiap ai adalah 0 atau 1, dan jumlah total 1 dalam setiap urutan adalah genap. Kita memilih salah satu urutan secara acak dengan peluang sama. Cari peluang bahwa jumlah 1 pada indeks ganjil juga genap.

Langkah 1: Jumlah elemen S.

  • Terdapat 22025 total urutan biner sepanjang 2025. Tapi hanya setengahnya yang punya jumlah 1 genap. Jadi |S|=22024.

Langkah 2: Hitung banyaknya urutan di S dengan jumlah 1 pada posisi ganjil adalah genap.

  • Definisikan G sebagai himpunan urutan yang memiliki jumlah 1 genap pada posisi ganjil.
  • Trik klasik: Pertimbangkan karakteristik paritas (genap/ganjil) secara terpisah di posisi ganjil dan genap.
  • Kita bisa menggunakan pendekatan aljabar linear modulo 2, atau gunakan argumen “switching”:
    Jika kita ganti satu bit di posisi ganjil, paritas keseluruhan (total 1) dan paritas di posisi ganjil akan berubah secara bersamaan. Terdapat simetri yang menandakan kemungkinan setengah dari S akan memiliki paritas ganjil (jumlah 1 pada posisi ganjil ganjil) dan setengahnya lagi akan memiliki paritas genap (jumlah 1 pada posisi ganjil genap).
  • Maka, dari 22024 urutan di S, separuh di antaranya memiliki jumlah 1 pada posisi ganjil juga genap.
  • Jadi |SG|=22023.

Langkah 3: Peluang yang dicari.

  • Peluang = |SG||S|=2202322024=12.

Jawaban: 12.

Kembali ke Soal 3

Pembahasan Soal 4

Kita ingin membuktikan ketaksamaan 11+a2+11+b2+11+c231+(a+b+c3)2, untuk a,b,c>0 dan a+b+c=3.

Langkah 1: Pemanfaatan sifat konkavitas atau Jensen's inequality.

  • Fungsi f(x)=11+x2 adalah fungsi cekung pada rentang x>0 hanya di bawah kondisi tertentu. Kita dapat memeriksa turunan kedua untuk melihat interval cekungnya. Namun, cukup umum diketahui bahwa 11+x2 menurun dan tidak linear.
  • Sering kali, pendekatan lain adalah menggunakan pendekatan Cauchy-Schwarz atau Titu's Lemma: cyc11+a293+(a2+b2+c2). Tapi kita butuh bentuk sesuai target.

Langkah 2: Upayakan pembandingan dengan rata-rata a2+b2+c2.

  • Diketahui (a+b+c)2=a2+b2+c2+2(ab+bc+ca)=9. Sehingga a2+b2+c2=92(ab+bc+ca).
  • Pada saat a=b=c=1, nilai kiri 12+12+12=32 dan nilai kanan 31+(1)2=32. Jadi kesetaraan tercapai saat a=b=c=1.

Pembuktian rigor dapat dilakukan melalui beberapa jalur (misal, Lagrange Multipliers, transformasi homogen, atau ketaksamaan Chebyshev) yang intinya menyimpulkan bahwa memusatkan nilai a,b,c ke titik yang sama (a=b=c) memaksimalkan sisi kiri, sehingga ketaksamaan terbukti.

Kesimpulan: Nilai minimum sisi kiri terjadi pada a=b=c=1, dan di situ diperoleh 11+12+11+12+11+12=32, sedangkan sisi kanan 31+(1)2=32. Sehingga ketaksamaan terbukti dan kesetaraan dicapai jika dan hanya jika a=b=c=1.

Kembali ke Soal 4

Pembahasan Soal 5

Diberikan segitiga ABC dengan AB<AC. Titik D di sisi AC, titik E di sisi AB, dan garis BE memotong CD di F. Diketahui ABE=ADC. Buktikan bahwa AF membagi luas segitiga ABC menjadi dua sama besar.

Langkah 1: Perhatikan sudut yang sama.

  • ABE=ADC mengimplikasikan beberapa kesebangunan antara segitiga-segitiga kecil dalam ABC.

Langkah 2: Kesebangunan segitiga.

  • Amati segitiga ABE dan ADC. Dari sudut yang sama, dapat kita bandingkan sisi lawan sudut tersebut. Hasilnya akan mengarah ke rasio sisi yang menunjukkan AEAB=ACAD atau relasi serupa.

Langkah 3: Argumen luas.

  • Titik F sebagai perpotongan BE dan CD. Kita ingin menunjukkan bahwa luas ABF = luas AFC.
  • Gunakan fakta-fakta kesebangunan. Biasanya, argumen standard: jika dua garis dalam segitiga saling memotong dalam keadaan sudut tertentu, maka perbandingan luas dapat dipastikan sama.
  • Kuncinya adalah menunjukkan bahwa Luas(ABF)/Luas(AFC)=1, misalnya dengan membandingkan rasio tinggi atau basis secara tepat.

Kesimpulan: Dari sudut yang sama dan relasi kesebangunan, didapatkan bahwa [ABF]=[AFC], di mana [XYZ] menyatakan luas segitiga XYZ. Dengan demikian, garis AF membagi segitiga ABC menjadi dua bagian yang berluas sama.

Kembali ke Soal 5

Pembahasan Soal 6

Cari seluruh pasangan bilangan bulat (x,y) yang memenuhi x3+7=11y.

Langkah 1: Perhatikan nilai kecil untuk y.

  • Jika y0, maka 11y adalah pecahan (kecuali y=0, maka 110=1). Tapi x3+7 untuk x bilangan bulat selalu minimal 7 (jika x=0). Jadi jika y=0, kita punya x3+7=1 x3=6 x=63 bukan bilangan bulat. Jadi tidak ada solusi untuk y0.
  • Jika y=1, maka x3+7=11 x3=4 x=43, bukan bulat.
  • Jika y=2, maka x3+7=121 x3=114, bukan kubik sempurna.

Langkah 2: Analisis modulo.

  • Perhatikan persamaan x311y7. Kita bisa coba modulo 9, modulo 7, atau modulo 11:
    • Modulo 11: x3+70. Berarti x374pmod11.
    • Nilai kubik modulo 11 dapat dicek satu-satu: 030, 131, 238, 33275, 43649, 531254 (menarik!), 632167, dsb. Jadi x±5pmod11 memungkinkan x34.
  • Selain itu, 11y cepat membesar, sedangkan x3 juga harus kubik. Biasanya hanya sedikit solusi.

Langkah 3: Uji perkiraan:

  • Misalkan y=3: 113=1331. x3=1324. Tidak kubik sempurna (113=1331, 103=1000, 113=1331, maka 1324 bukan kubik).
  • y=4: 114=14641, x3=14634. 243=13824 dan 253=15625. 14634 tidak di antaranya.
  • y=5: 115=161051, x3=161044. 543=157464, 553=166375. Tidak cocok.

Tampak tidak ada solusi untuk y>1. Dengan kombinasi analisis modulo dan perkiraan kubik, kita dapat menyimpulkan tidak ada solusi bilangan bulat (x,y) selain kemungkinan yang sangat kecil. Namun, sudah kita cek, tidak ada satupun yang memenuhi.

Jawaban: Tidak ada solusi bilangan bulat yang memenuhi persamaan tersebut.

Kembali ke Soal 6

Baca Juga :