Simulasi Soal Olimpiade Kimia SMA Standar IChO : 2025 (7)
Soal 1 (Termodinamika)
Kalsium karbonat (CaCO3) terurai secara endotermik menjadi kalsium oksida (CaO) dan karbon dioksida (CO2) pada suhu tinggi:
$$\text{CaCO}_{3}(s) \rightarrow \text{CaO}(s) + \text{CO}_{2}(g)$$
Diketahui:
- $$\Delta H^\circ = +178 \text{ kJ/mol}$$ (pada suhu tertentu)
- $$\Delta S^\circ = +160 \text{ J/(mol.K)}$$ (pada suhu tertentu)
(a) Perkirakan suhu di mana reaksi mulai berlangsung spontan.
(b) Berikan alasan secara kualitatif mengapa pemanasan tinggi diperlukan untuk dekomposisi ini.
(c) Berapa nilai $$\Delta G^\circ$$ reaksi pada suhu 1000 K?
Soal 2 (Kimia Organik – Reaksi Aromatik)
Sebuah senyawa aromatik turunan benzena dengan substituen –NO2 dan –CH3 mengalami reaksi nitrasi lebih lanjut. Posisi subtituen –NO2 diketahui bersifat meta-directing, sedangkan –CH3 bersifat ortho-/para-directing.
Prediksikan (a) situs reaksi yang paling mungkin untuk substitusi elektrofilik berikutnya, serta (b) jelaskan mekanisme penentuan posisi substitusi tersebut.
Soal 3 (Kimia Anorganik – Kompleks Transition Metal)
Diketahui kompleks oktahedral [Fe(CN)6]4−.
(a) Tentukan konfigurasi elektron dan spin state (tinggi atau rendah) yang mungkin
terbentuk pada ion Fe tersebut.
(b) Bagaimana pengaruh ligan CN− terhadap tingkat pemisahan orbital
d (nilai ∆o)?
(c) Prediksikan sifat magnetiknya (paramagnetik atau diamagnetik).
Soal 4 (Kinetika Kimia)
Sebuah reaksi orde pertama memiliki laju reaksi yang mengikuti persamaan:
$$\ln [A] = -kt + \ln [A]_0$$
(a) Jika waktu paruh reaksi adalah 15 menit, tentukan konstanta laju reaksi (k).
(b) Jika konsentrasi awal [A]0 adalah 0,10 M, hitung waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai konsentrasi 0,025 M.
(c) Bagaimana plot data kinetika reaksi orde pertama (ln [A] vs. waktu) membantu menentukan
nilai k dari data eksperimen?
Soal 5 (Elektrokimia)
Diberikan sel elektrokimia dengan setengah sel:
Zn(s) | Zn2+(aq) (1 M) || Cu2+(aq) (1 M) | Cu(s)
(a) Tuliskan reaksi sel total dan hitung potensial sel standarnya (Eselo)
jika diketahui Eo(Zn2+/Zn) = −0.76 V dan Eo(Cu2+/Cu) = +0.34 V.
(b) Jika konsentrasi ion Zn2+ diturunkan menjadi 0,001 M, berapa Esel
yang baru pada suhu 25 °C? Asumsikan Cu2+ tetap 1 M.
(c) Mengapa reaksi ini dikategorikan sebagai sel galvani?
Soal 6 (Spektroskopi – IR dan NMR)
Diketahui suatu senyawa organik dengan rumus molekul C4H8O
yang menunjukkan puncak serapan IR kuat di sekitar 1715 cm−1.
Spektrum 1H NMR-nya menunjukkan sinyal pada δ ~ 2,1 ppm (s, 3H),
δ ~ 2,4 ppm (t, 2H), dan δ ~ 2,7 ppm (t, 2H).
(a) Prediksikan struktur senyawa tersebut.
(b) Mengapa sinyal IR di 1715 cm−1 relevan dengan gugus tertentu?
(c) Bagaimana analisis splitting pattern pada spektrum 1H NMR
dapat mendukung penentuan struktur final?
Soal 7 (Stereokimia – Isomer E/Z dan R/S)
(a) Sebutkan syarat suatu senyawa alkena untuk dapat memiliki isomer E/Z.
(b) Pada senyawa dengan pusat kiral, jelaskan ketentuan penetapan konfigurasi R atau S
berdasarkan Cahn-Ingold-Prelog rules.
(c) Berikan contoh sederhana suatu senyawa dengan (i) satu ikatan rangkap yang
dapat membentuk isomer E/Z dan (ii) satu pusat kiral yang dapat ditetapkan R atau S.
Soal 8 (Biokimia – Enzim dan Kinetika Michaelis-Menten)
Suatu enzim mengikuti kinetika Michaelis-Menten dengan persamaan:
$$v = \frac{V_{\max} [S]}{K_m + [S]}$$
(a) Jika [S] < Km, bagaimana laju reaksi (v) berbanding
dengan [S]?
(b) Jika [S] >> Km, bagaimana laju reaksi (v) berbanding
dengan [S]?
(c) Bagaimana cara menentukan nilai Km dan Vmax dari data kinetika
secara grafis (plot Lineweaver-Burk)?
Soal 9 (Analisis Kuantitatif – Titrasi Kompleksometri)
Suatu larutan mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ yang akan ditentukan
kadarnya secara kompleksometri menggunakan EDTA sebagai titran.
(a) Mengapa pH larutan harus diatur pada nilai tertentu sebelum titrasi?
(b) Jelaskan prinsip di balik indikator metalofluor, misalnya Eriochrome Black T.
(c) Jika titrasi total (Mg2+ + Ca2+) membutuhkan 25,00 mL EDTA,
dan titrasi Ca2+ saja membutuhkan 10,00 mL EDTA, tentukan rasio jumlah mol
Mg2+ : Ca2+ dalam sampel tersebut.
Pembahasan 1 (Termodinamika)
(a) Reaksi menjadi spontan jika $$\Delta G \le 0$$. Dengan $$\Delta G = \Delta H - T \Delta S$$, maka pada titik perubahan dari tidak spontan menjadi spontan, $$\Delta G = 0$$ sehingga:
$$0 = \Delta H - T \Delta S \quad \Rightarrow \quad T = \frac{\Delta H}{\Delta S}$$
Substitusikan $$\Delta H = 178\text{ kJ/mol} = 178000\text{ J/mol}$$ dan $$\Delta S = 160\text{ J/(mol.K)}$$:
$$T = \frac{178000}{160} \approx 1112.5 \text{ K}$$
(b) Karena reaksi bersifat endotermik dan menghasilkan gas CO2, energi dalam bentuk panas yang cukup tinggi diperlukan untuk mengatasi energi aktivasi dan memecah struktur kristal padat CaCO3. Semakin tinggi suhu, semakin besar pula kontribusi TΔS sehingga akhirnya reaksi menjadi spontan.
(c) $$\Delta G^\circ = \Delta H - T \Delta S = 178000 \text{ J/mol} - (1000 \text{ K})(160 \text{ J/(mol.K)})$$
$$\Delta G^\circ = 178000 \text{ J/mol} - 160000 \text{ J/mol} = 18000 \text{ J/mol} = 18 \text{ kJ/mol}$$
Nilai positif menandakan pada 1000 K, reaksi masih belum sepenuhnya spontan.
Kembali ke SoalPembahasan 2 (Kimia Organik – Reaksi Aromatik)
(a) Senyawa dengan substituen –NO2 (meta-directing, penarik elektron kuat) dan –CH3 (ortho-/para-directing, pendorong elektron melalui efek induktif) akan mengalami kompetisi. Umumnya, posisi ortho/para dari –CH3 lebih aktif dibanding meta dari –NO2. Namun, efek –NO2 yang kuat dapat menurunkan densitas elektron pada cincin. Posisi yang paling dominan seringkali para terhadap –CH3 karena faktor sterik lebih menguntungkan dibanding ortho.
(b) Mekanisme:
- Gugus –NO2 menarik elektron secara kuat, terutama mengurangi kepadatan
di posisi ortho/para relatif terhadapnya.
- Gugus –CH3 menyumbang elektron via efek induktif dan hiperkojugasi,
meningkatkan kepadatan elektron di ortho/para relatif terhadapnya.
- Akibatnya, substituen elektrofilik berikutnya lebih cenderung masuk ke posisi
ortho/para dari –CH3, terutama posisi para.
Pembahasan 3 (Kimia Anorganik – Kompleks Transition Metal)
(a) Kompleks [Fe(CN)6]4− mengandung Fe(II) (oksidasi +2) dengan konfigurasi d6. CN− adalah ligan medan kuat sehingga cenderung membentuk low spin (t2g6, eg0).
(b) CN− memberikan pemisahan energi orbital d (∆o) yang besar, menyebabkan elektron d menempati orbital t2g terlebih dahulu secara berpasangan.
(c) Pada konfigurasi low spin d6, semua elektron berpasangan, sehingga bersifat diamagnetik.
Kembali ke SoalPembahasan 4 (Kinetika Kimia)
(a) Untuk reaksi orde pertama, waktu paruh: $$t_{1/2} = \frac{\ln 2}{k}.$$ Diberikan $$t_{1/2} = 15 \text{ menit},$$ maka:
$$k = \frac{\ln 2}{15} \approx 0.0462 \,\text{menit}^{-1}.$$
(b) Rumus reaksi orde pertama: $$\ln \frac{[A]}{[A]_0} = -kt \quad \Rightarrow \quad t = \frac{1}{k}\,\ln\!\biggl(\frac{[A]_0}{[A]}\biggr).$$ Dengan [A]0 = 0,10 M, [A] = 0,025 M, dan k ≈ 0.0462 menit−1:
$$t = \frac{1}{0.0462}\,\ln\bigl(\tfrac{0.10}{0.025}\bigr) = \frac{1}{0.0462}\,\ln(4) \approx 21.3 \,\text{menit}.$$
(c) Plot ln[A] vs. waktu untuk reaksi orde pertama membentuk garis lurus dengan kemiringan (slope) = −k. Dari kemiringan tersebut diperoleh nilai k.
Kembali ke SoalPembahasan 5 (Elektrokimia)
(a) Reaksi sel total:
$$\text{Zn}(s) + \text{Cu}^{2+}(aq) \rightarrow \text{Zn}^{2+}(aq) + \text{Cu}(s)$$
Potensial sel: $$E_{\text{sel}}^\circ = E^\circ_{\text{katode}} - E^\circ_{\text{anode}} = (+0.34) - (-0.76) = +1.10 \,\text{V}.$$
(b) Dengan persamaan Nernst (pada T = 25 °C):
$$E_{\text{sel}} = E_{\text{sel}}^\circ - \frac{0.0592}{n} \log \biggl(\frac{[\text{Zn}^{2+}]}{[\text{Cu}^{2+}]}\biggr) = 1.10 - \frac{0.0592}{2} \log \bigl(\tfrac{0.001}{1}\bigr).$$
$$E_{\text{sel}} = 1.10 - 0.0296 \,\log(0.001) = 1.10 - 0.0296 \times (-3) = 1.10 + 0.0888 = 1.1888 \,\text{V}.$$
(c) Disebut sel galvani karena reaksi berlangsung spontan menghasilkan energi listrik, dengan Zn teroksidasi menjadi Zn2+ dan Cu2+ tereduksi menjadi Cu.
Kembali ke SoalPembahasan 6 (Spektroskopi – IR dan NMR)
(a) Puncak IR di 1715 cm−1 menandakan gugus karbonil (keton) alifatik. Rumus C4H8O dan sinyal NMR δ ~2,1 ppm (singlet, 3H) sesuai CH3 yang bersebelahan dengan C=O, sinyal δ ~2,4 ppm (triplet, 2H), dan δ ~2,7 ppm (triplet, 2H) menunjukkan dua gugus CH2 yang berdekatan. Struktur yang cocok adalah 2-butanon (metil etil keton).
(b) Serapan IR ~1715 cm−1 merupakan ciri khas ikatan C=O pada keton jenuh. Kekuatan ikatan ganda dan lingkungan alifatik memunculkan puncak di rentang tersebut.
(c) Pola triplet menandakan lingkungan CH2 yang bertetangga dengan CH2 atau CH3 lain, sedangkan singlet di 2,1 ppm menandakan gugus metil tanpa tetangga proton (atau sangat lemah). Keseluruhan data mendukung struktur 2-butanon.
Kembali ke SoalPembahasan 7 (Stereokimia – Isomer E/Z dan R/S)
(a) Alkena dapat memiliki isomer E/Z jika kedua karbon rangkap dua masing-masing terikat pada dua substituen yang berbeda. Jika salah satu karbon hanya terikat gugus substituen identik, tidak akan muncul isomer E/Z.
(b) Konfigurasi R/S ditentukan dengan aturan Cahn-Ingold-Prelog (CIP):
• Urutkan prioritas berdasarkan nomor atom pengikat (semakin besar nomor atom, semakin tinggi prioritas).
• Tempatkan substituen prioritas terendah di belakang.
• Lihat urutan 1 → 2 → 3. Jika searah jarum jam = R, jika berlawanan = S.
(c) Contoh sederhana:
(i) 2-butenal (CH3–CH=CH–CHO) dapat memiliki isomer E/Z.
(ii) 2-butanol (CH3CH(OH)CH2CH3) memiliki pusat kiral pada C-2,
sehingga bisa R atau S.
Pembahasan 8 (Biokimia – Enzim dan Kinetika Michaelis-Menten)
(a) Jika [S] < Km, maka $$v \approx \frac{V_{\max}\,[S]}{K_m},$$ sehingga laju (v) berbanding lurus dengan [S].
(b) Jika [S] >> Km, maka $$v \approx V_{\max},$$ laju reaksi relatif konstan dan tidak terlalu dipengaruhi oleh [S].
(c) Dengan plot Lineweaver-Burk (1/v vs. 1/[S]), kemiringan = (Km/Vmax) dan titik potong pada sumbu y = 1/Vmax, titik potong pada sumbu x = −1/Km. Dari sana dapat diperoleh Km dan Vmax.
Kembali ke SoalPembahasan 9 (Analisis Kuantitatif – Titrasi Kompleksometri)
(a) pH diatur agar EDTA dapat membentuk kompleks optimal dengan Mg2+ dan Ca2+. Jika pH terlalu rendah, EDTA terprotonasi dan kemampuan pengompleksnya berkurang.
(b) Indikator seperti Eriochrome Black T berikatan dengan ion logam (Mg2+/Ca2+) membentuk kompleks berwarna. Saat EDTA mencompleksi logam tersebut, indikator terlepas dan berubah warna.
(c) Jika total (Mg2+ + Ca2+) membutuhkan 25,00 mL EDTA, dan Ca2+ saja 10,00 mL, maka Mg2+ memerlukan 15,00 mL. Rasio mol Mg2+ : Ca2+ = 15 : 10 = 3 : 2.
Kembali ke SoalBaca Juga :